Siapa yang setiap hari mengeinjak keset. Keset yang lebih kita kenal dengan welcome ternyata mendapatkan sentuhan teknologi. Sentuhan teknologi keset itu berguna untuk kesehatan yaitu keset antibakteri. Kalau keset aja antibakteri bikin sering menggosok kaki di keset ini nanti!!!!hehehehehe
![]() |
Tiga Mahasiswa IPB menerima Penghargaan (credit foto: http://ipbmag.ipb.ac.id/) |
Siapa yang mengembang keset antibakteri ini???Mereka adalah Tiga mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (FATETA-IPB) yang bernam Ayu Laila Fitriya, Tiana Rafmiwati, Naufal Bayu Prasetyo telah berhasil mengembangkan keset antibakteri berbahan dasar bambu.
Keset antibakteri ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia colli dan Staphylococus aureus. Sahabat Ibnuwajak perlu tahu kalau Bakteri Escherichia colli adalah bakteri yang berada di dalam usus besa manusia yang memiliki fungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat serta membantu proses pencernaan dalam pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Bakteri Escherichia colli juga berbahaya untuk tubuh manusia jika jumlah bakteri ini berlebihan karena bisa menyebabkan diare dan juga infeksi saluran kemih/ kecing. Sedangkan Bakteri Staphylococus aureus adalah bakteri baik tetapi bakteri ini akan menjadi berbahaya jika kita memiliki luka di kulit seperti ketika kita terkena pisau pada jari tetapi bekas luka ini tidak kita rawat kemudian luka menjadi bernanah maka itu menandakan kalau bakteri Staphylococus aureus sudah menginfeksi luka kita tadi.
![]() |
Bakteri Escherichia Colli (credit foto: wikipedia) |
![]() |
Bkateri Staphylococcus aureus (credit foto: wikipedia) |
Kok bisa menghambat???? Kemampuan penghambatan bakteri berasal dari kandungan flavonoid, tannin, alkohol dan pennyquinone yang memiliki sifat antibakteri. Selain keunggulan dari kandungannya ternyata keset antibakteri mampu menyerap kelembapan air dan bau serta bisa berfungsi sebagai dekorasi.
Salah satu mahasiswa yang bernama naufal menjelaskan alasannya menggunakan bahan bambu, yaitu karena Indonesia kaya akan tumbuhan bambu dimana pemanfaat bambu hanya untuk penopang kontruksi bangunan yang bersifat sementara.
Sahabat ibnuwajak, berdasarkan penjelasan saudara naufal di situs resmi IPB sebenaranya limbah bambu yang berupa ujung , sisa bilah serta batangnya masih bisa dimanfaatkan melalui sentuhan teknologi. Limbah bambu bekas konstruksi bangunan rata-rata akan terbuang percuma dan kadang menjadi kayu bakar padahal limbah bambu ini memiliki nilai jual lebih tinggi karena serat limbah bambu atau bambu muda bisa menghasilkan produk-produk industri kreatif
Kedepannya keset antibakteri buatan mahasiswa IPB ini akan ditingkatkan supaya memiliki daya resitensi atau daya hambat yang lebih tinggi dalam menangkal berbagai mikroba. Memang untuk saat ini masih hanya bakteria Escherichia colli dan staphylococus aureus saja, walaupun begitu masih banyak bakteri yang bisa dihambat lagi pertumbuhannya. Solusi ini semua menurut Naufal yaitu dengan mencari kandungan zat tertentu lainnya supaya bisa digunakan untuk meningkatkan mutu keset antibakteri.
Berdasarkan situs ipbmag.ipb.ac.id, Ketiga mahasiswa meraih penghargaan atas karya yang sangat brilian dan merupakan terobosan baru di dunia keset. Penghargaan itu adalah “Session Best paper” pada ajang 5th International Conference on Agriculture, Environment and Biological Sciences (ICAEBS-16) yang diselengarakan IAAST (International Academy of Arts, Science and Technology) di Pattaya, Thailand, (29-29/4). Pada waktu itu Naufal dan tim mempresentasikan abstract paper dengan judul “Utilization of Bamboo(Gigantochloa apus) for Anti-Bacterial Mat as Fiber-Based Prospective Produts.
Ternyata mereka bertiga bersaing dengan para ilmuwan-ilmuwan terkemuka, akedemisi, dan peneliti international yang memiliki gagasan dibidang pertanian, lingkungan hidup dan ilmu biologi untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.